1. Masjid Agung Tuban
Masjid kebanggan warga Tuban ini didirikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo yang merupakan bupati Tuban ke 7 dan direnovasi untuk pertama kali pada masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Kusumodigdo, Bupati Tuban ke 35. Masjid yang berdekatan dengan makam Sunan Bonang ini merupakan cikal bakal penyebaran islam di Tuban, di masjid inilah Sunan Bonang mengajarkan agama Islam kepada masyarakat.
selain terkenal dengan sebutan Kota Wali, Tuban juga dijuluki kota seribu goa, Bahkan ada masjid didalam goa. Masjid yang memiliki nama Masjid Ashabul Kahfi Al - Maghribi ini terletak didalam goa di Jalan Gedungombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Meskipun berada di dalam Goa, tidak membuat Kyai Subhan terbatasi dalam membuat seni arsitekturnya, justru membuat masjid ini tampak luar biasa dan unik. Selain menjadi masjid, goa ini berfungsi sebagai pondok pesantren Al - Maghribi.
Selain wisata religi untuk umat muslim, di Tuban juga terdapat wisata religi untuk pemeluk agama lain yaitu Klenteng Kwan Sing Bio. Klenteng yang terletak di pusat kota Tuban ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia. Klenteng ini menganut ajaran Tri Dharma yaitu Konghucu, Budha dan Tao, itulah kenapa klenteng ini dinamakan Klenteng Kwan Sing Bio yang berarti memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong.
Salah satu keunikan dari Klenteng Kwan Sing Bio ini adalah adanya gerbang yang berbentu kepiting, ikon kepiting diambil karena dulu klenteng ini dibangun di daerah tambak yang banyak kepitingnya. Simbol kepiting juga dipercaya dapat melindungi klenteng dan umatnya dari unsur - unsur jahat.
Sunan Bonang adalah salah satu Wali Songo yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama Bonang sendiri diambil dari nama salah satu desa di Rembang, dan makam aslinya berada di desa Bonang, Namun yang paling sering dikunjungi adalah makamnya di Tuban. Adanya dua makam tersebut dikarenakan dulu ada salah seorang murid dari madura yang sangat mengagumi Sunan Bonang. setelah Sunan Bonang wafat, murid tersebut ingin membawa kain kafan dan pakaian Sunan Bonang ke madura. Namun hal tersebut tidak tersampaikan karena pada saat di Tuban, murid lainnya mengetahui hal ini lalu memperebutkannya.
Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi adalah ayahanda dari Sunan Ampel, Syeh Maulana sendiri berasal dari timur tengah, tepatnya di Samarkand, Asia Tengah. Karena orang jawa yang tidak bisa melafalkan Samarkand jadilah nama Asmaraqandi. Sekitar tahun 1362 Saka/1440 Masehi syeh maulana datang ke Jawa, namun beliau tidak langsung mendarat di jawa melainkan singgah dulu di Palembang. Setelah itu ia pergi ke Jawa, tepatnya di Gesik (Sekarang menjadi Gesikharjo) dengan niatan menemui raja Majapahit yang menikahi adik istrinya, yaitu Dewi Darawati. Selain itu, Beliau datang ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Nama asli Sunan Bejagung Lor adalah Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro, beliau adalah adik dari Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi. Sunan Bejagung sendiri berasal dari Hadramaut atau Saudi Arabia dan masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammmad. Beliau datang ke Jawa untuk menyebarkan Agama Islam dan membantu memecahkan masalah ekonomi masyarakat pada saat itu.
Sunan Bejagung wafat dan dimakamkan di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding atau berjarak 2 KM k arah selatan dari pusat kota Tuban.
Makam Sunan Bejagung Kidul tidak seramai dengan makam Sunan Bejagung Lor yang berada di pinggir jalan raya, disini hanya terdapat beberapa peziarah saja.
2. Masjid Ashabul Kahfi Perut Bumi Al- Maghribi
3. Klenteng Kwan Sing Bio
Salah satu keunikan dari Klenteng Kwan Sing Bio ini adalah adanya gerbang yang berbentu kepiting, ikon kepiting diambil karena dulu klenteng ini dibangun di daerah tambak yang banyak kepitingnya. Simbol kepiting juga dipercaya dapat melindungi klenteng dan umatnya dari unsur - unsur jahat.
4. Makam Sunan Bonang
5. Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi
6. Makam Sunan Bejagung Lor
Sunan Bejagung wafat dan dimakamkan di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding atau berjarak 2 KM k arah selatan dari pusat kota Tuban.
7. Makam Sunan Bejagung Kidul
Tak Jauh dari Makam Sunan Bejagung Lor, terdapat sebuah makam Sunan Bejagung Kidul. Kedua makam ini berjarak hanya 400 meter dan dipisahkan oleh jalan kampung. Jika di makam Sunan Bejagung Lor yang disemayamkan adalah Sayyid Abdullah Asy’ari maka di makam Bejagung Kidul adalah makam Syeh Hasyim Amaluddin, beliau merupakan menantu dari Sunan Bejagung Lor.Makam Sunan Bejagung Kidul tidak seramai dengan makam Sunan Bejagung Lor yang berada di pinggir jalan raya, disini hanya terdapat beberapa peziarah saja.
8. Makam Syech Achmad Cholil
Makam Syech Achmad Cholil terletak di Desa Rawasan, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Makam ini ditemukan di tahun 2000 oleh Muhammad Nawawi (Mbah Nawawi), melalui komunikasi spiritual. Di sekitar makam terdapat sebuah sumur yang dikeramatkan, sumur tersebut tidak pernah surut dan tidak bertambah banyak meskipun terjadi hujan. Pernah suatu saat air sumur disana naik ke atas, dan tak lama kemudian terjadi bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004.9. Makam Sunan Geseng
Sunan Geseng yang bernama Kyai Cokrojoyo merupakan murid Sunan Kalijaga yang setia. Singkat cerita, Sunan Kalijaga memerintahnya untuk menunnggunya datang kembali dan menancapkan sebilah bambu yang ditancapkan dihadapannya. Karena waktu yang cukup lama, akhirnya sebilah bambu yang ditancapkan tersebut menjadi rimbun. Untuk membangunkan Cokrojoyo, Sunan Kalijaga membakar pohon bambu tersebut dan Cokrojoyo hangus (Geseng) namun tidak meninggal. Sejak saat itulah beliau dinamakan Sunan Geseng.
Makam Sunan Geseng berada di Desa Gesing, Kecamatan Semanding Tuban.
Untuk makam asli syeh subakir tidak ada yang mengetahuinya, ada yang menyebut jika beliau wafat di persia dan makam yang ada di Jawa hanya situs peninggalannya. Di Jawa sendiri, makam Syeh Subakir terdapat dua, pertama di daerah pegunungan Tidar, Jawa Tengah dan yang kedua ada Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Makam Sunan Geseng berada di Desa Gesing, Kecamatan Semanding Tuban.
10. Makam Syeh Subakir
Syech Subakir adalah tokoh pertama islam yang datang ke Pulau Jawa, beliau lah yang menaklukkan Pulau Jawa. Konon disaat beliau datang, Pulau Jawa masih berupa hutan yang angker dan dipenuhi oleh jin. Karena itulah Pulau Jawa saat itu sering terjadi gempa, hingga akhirnya Syech Subakir mengusir Jin tersebut dan menancapkan 3 paku bumi agar Pulau Jawa tidak sering terjadi gempa.Untuk makam asli syeh subakir tidak ada yang mengetahuinya, ada yang menyebut jika beliau wafat di persia dan makam yang ada di Jawa hanya situs peninggalannya. Di Jawa sendiri, makam Syeh Subakir terdapat dua, pertama di daerah pegunungan Tidar, Jawa Tengah dan yang kedua ada Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
0 komentar:
Post a Comment