Siapa sangka? Kolong jembatan yang terkesan kumuh dan bau
disulap menjadi sebuah kafe yang elegan, modern dan unik . Inilah yang
dilakukan kampret ( julukan yohanes) dan hari rekannya. Pada mulanya yohanes
ingin memiliki warung kopi sendiri untuk nongkrong nongkrong. Namun warung
kopinya beda dari yang biasanya. Ide pertama yohanes ingin mendirikan kedai di
tepi sungai bedadung. Namun resiko yang terlalu tinggi dan biaya sewa yang
mahal mengurungkan niat yohanes untu mendirikannya disana.
Ide kedua muncul ketika yohanes singgah di kolong jembatan
mastrip. Mengapa tidak memanfaatkan tempat ini untuk dijadikan kafe. Akhirnya yohanes
mempunyai tekat yang bulat untuk mendirikan kafe di tempat ini. Pada mulanya
kolong jembatan tersebut kumuh, karena tempat ini digunakan pemulung untuk
menyimpan barang barangnya. Setelah mendekati pemulung dan mengutarakan
niatnya. Akhirnya para pemulung bersedia untuk memindahkan barang barangnya.
Selain itu, kolong jembatan ini mempunyai image yang negative
bagi masyarakat karena ditempat ini sering dijadikan tempat mabuk mabukan dan
tingkat kejahatan lainnya. Sehingga orang enggan pergi kesana. Ketika yohanes
ingin mengubah kolong tersebut menjadi sebuah kafe warga sekitar malah menolaknya
karena takut membuat tempat tersebut semakin buruk dan mengundang banyak perbuatan perbuatan negative
lainnya. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi yohanes, selain harus
meyakinkan warga bahwa kafenya tidak untuk perbuatan negative, dia juga harus
merubah mindset pengunjung tentang kolong jembatan yang terksesan kumuh.
Setelah berbicara kepada ketua RT dan mengutarakan idenya
akhirnya yohanes diizinkan membuka kafe disana dengan syarat kafenya harus
terang benerang, Tidak remang remang. Hehe. Perlahan tapi pasti, Kafe Kolong
pun mulai menarik perhatian orang. Lokasinya yang unik membuat orang bertanya Tanya
kenapa kedainya berada di kolong jembatan. Meskipun tempatnya di kolong
jembatan. Namun desainnya yang unik dan penataan
ruangnya terkesan modern.
Pada awalnya kafe yang mempunyai jargon “be inspired at Kafe
Kolong “ ini bernama Kolong CafĂ© huis. Nama yang berbau belanda. Namun karena
sulit menghafalnya nama pun diganti sesederhana mungkin. Menjadi Kafe Kolong.
Satu aturan ketat yang tidak boleh dilanggar di tempat ini adalah membawa
minuman beralkohol. Kafe ini sangat mengharamkan pengunjungnya untuk membawa
minuman beralkohol.
Menu yang ada di Kafe Kolong cukup bervariasi. Untuk
minuman Kafe ini menyediakan kopi dari berbagai daerah yang diracik sendiri,
susu segar, the hijau jawa barat, kapulaga, dan kopi tubruk khas kolong
jembatan sedangkan menu makanannya ada kentang goreng dan soup yang memiliki
cita rasa berbeda dengan yang lainnya. Harganya pun harga kantong mahasiswa. Hal
ini yang membuat kafe ini dikunjungi oleh banyak mahasiswa untuk sekedar
berdiskusi, nongkrong, ataupun rapat. Selain mahasiswa ada juga karyawan yang
habis pulang kerja menyempatkan diri ngopi disini.
Kafe ini buka mulai jam 4 sore sampai jam 4 dinihari. Tapi karena
energi pelayan yang terbatas membuat kafe ini tutup jam 2 dinihari pada hari
libur dan jam 1 dinihari saat hari biasa. Rata rata jumlah pengunjung perhari
mencapai 200 orang. Dan hari yang paling ramai pengunjung adalah rabu, kamis,
jumat. Menurut yohanes sang pemiliki kafe. Omzet yang ia dapat tidak terlalu
besar. Karena pengunjung hanya lama nongkrong.
Tertarik mengunjungi Kafe Kolong ini. Datang saja di
bawah jembatan sungai Bedadung, jalan Mastrip, di daerah dekat kampus
Universitas Negeri Jember.
Huhu... sedih deh kalo tau untungnya tidak seberapa.
ReplyDelete*padahal aku termasuk oknum yang sering nongkrong lama :v