Kuda Lumping
Diawali dengan kesenian tradisional asal jawa tengah dan jawa timur yakni kuda lumping. Kesenian yang juga memiliki sebutan lain seperti jaranan, jaran kepang, dan catilan ini. awalnya sebagai reflesi heroisme dan aspek kemilitiran sebuah pasukan berkuda yang memperlihatkan gerakan tari yang dinamis dan agresif.
Dengan menggunakan kuda yang terbuat dari anyaman bamboo yang dicat dan ditempelkan kain warna warni. Para penari akan memulai pagelaran tarinya yang terdiri dari 4 fragmen. Yaitu dua kali tari buto lawas, tari senterewe dan tari begon putri. Pada fragmen buto lawas, ditarikan 4 hingga 6 orang pria. Pada bagian iniliah penari dapat mengalami kerasukan dan kesurupan yakni kemasukan roh halus. Terkadang penonton pun ada yang kesurupan juga dan ikut menari. Dalam keadaan tak sadar, mereka terus menari mengikuti irama music bersama penari lainnya.
Dengan mengikuti irama music dan suara pecutan penari akan melakukan hal hal diluar kesadarannya. Seperti memakan pecahan beling dan tak merasa kesakitan saat tubuhnya berkali kali dipecut. Untuk memulihkan kesadaran penari dan penonton yang kerasukan. Akan dilakukan oleh seorang datuk yang biasanya akan mudah dikenali dari penampilannya dengan berbaju serba hitam yang memiliki ilmu supranatural.
Kemudian pada fragmen selanjutnya penari laki laki dan wanita akan membawakan tari senterewe. Dan pada fragmen terakhir, penari akan melakukan gerakan gerakan tari yang lebih santai. Dan enam orang wanita akan menarikan tari begon putri yang merupakan tarian penutup.
Bambu Gila
Menyebrang ke tanah Maluku. Disana dapat kita jumpai sebuah kesenian yang dinamakan bamboo gila. Untuk memulai tarian yang disebut juga bara suwen ini sang pawang akan membakar kemenyan atau mengunyah jahe dan membaca mantra dalam bahasa tanah yang merupakan salah satu bahasa tradisional Maluku.
Kemudian asap kemennyan dihembuskan pada batang bamboo yang akan digunakan . fungsi kemenyan atau jahe adalah untuk memanggil roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bamboo tersebut. Ketika pawang membacakan mantra berulang ulang. Sipawang akan berteriak gila gila gila. Dan atraksipun dimulai. Bambu pun kian berat, berguncang guncang seolah bergerak sendiri mengikuti irama music. Semakin cepat irama music maka bamboo akan terasa lebih berat.
Atraksi bamboo gila akan berakhir dengan jatuhnya para pemain di arena pertunjukan. Kekuatan mistis bamboo gila tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar. Bamboo yang digunakan merupakan bamboo lokal berdiameter 8 cm dengan proses memilih dan memotong bamboo yang tidak sembarangan karena membutuhkan perlakuan khusus.
Tari Niti Naik Mahligai
Sementara itu dikawasan krinci juga dikenal memiliki kesenian yang bernama niti naik mahligai. Sebuah kesenian tari tusuk tombak seperti debus. Namun berbeda dengan kesenian banten, penari niti naik mahligai adalah wanita. Ditengah tabuhan gendang, pertunjukan dimulai dengan aksi penusukan pedang tubuh si penari. Dalam sekejap, pedang pun bengkok. Gendang terus berdendang seiring dengan ramalan mantra sang pawang untuk memanggil roh leluhur.
Kemudian atraksi berlanjut dengan atraksi pecahan kaca yang diinjak kemudian berjalan diatas telur tanpa memecahkan telur telur tersebut. Atraksi atraksi selanjutnya pun tak kalah membuat penonton merinding. Yakni atraksi berjalan diatas duri duri tajam, menginjak susunan paku dan meniti pedang serta dihunus tombak. Namun justru tombaknya lah yang patah menjadi dua.
Tarian yang berasal dari kerinci siluak utara ini memang semakin sulit dijumpai. Karena sesekali tampil dalam upacara pencuri pusaka sepuluh atau 20 tahun sekali. Dan tarian ini merupakan satu diantara tarian tradisi kerinci yang mengandung mistis dan telah ada sejak turun temurun selama berabad abad silam. Diantaranya ada tari madcok yakni tarian yang berdiri diatas pecahan kaca dan menusukkan keris ke tubuh penari.
Tari Lukah Gilo
Selanjutnya adalah tari lukah gilo dari minangkabau. Yakni sebuah kesenian rakyat yang serat dengan kekuatan supranatural yang hingga kini masih berkembang dalam masyarakat nagari padang Sumatra barat.dengan menggunakan lukah besar, atau benda sejenis bamboo untuk meletakkan belut yang kemudian akan bergerak sendiri tanpa dikendalikan oleh orang pemegangnya. Bahkan orang yang memegangnya terlihat seperti tak sadar dan tak mampu menjinakkan lukah yang mengguncang mereka kesana kemari.
Diakhir pertunjukan lukah gilo akan dijinakkan oleh seorang pawang dan biasanya semua peserta yang berusaha menjinakkan lukah gilo akan kerasukan.
Reog
Berkitnya adalah sebuah kesenian yang telah mendunia, yakni reog ponorogo. Dalam pertunjukan ditampilkan topeng bentuk kepala singa yang dikenal sebagai singa barong . raja hutan yang menjadi symbol kerta bumi dan diatasnya ditancapkan bulu bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa.
Jatilan yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda kudaan. Menjadi symbol kekuatan pasukan kerajaan majapahit. Itu menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warog yang ada dibalik topeng badut merah yang menjadi symbol untuk ki ageng kutub.
Sendirian yang menopang topeng singa barong yang beratnya mencapai lebih dari 50 kg hanya menggunakan giginya. Seni ini terdiri dari rangkaian dua sampai tiga tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6 – 8 pria dengan pakaian serba hitam dengan wajah dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan 6-8 gadis yang menaiki kuda. Dan biasanya tarian yang dibawakan jaran kepang atau jatilan ini diperankan oleh penari pria yang berpakaian seperti wanita. Tarian pembukaan lainnya berupa tarian anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut dengan bujang ganong atau ganongan. Baru kemudian ditampiilkan adegan inti yang isinya disesuaikan dengan acara. Jika pernikahan maka akan ditampilkan adegan percintaan. Jika khitanan biasanya bercerita tentang pendekar.
Dan adegan yang terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak dengan berat mencapai 50-60 kg. dan topeng ini dibawa oleh penari dengan giginya. Dan kemampuan untuk membawa topeng ini selain diperoleh dengan latihan berat, dipercaya juga dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Sintren
Dan kesenian tradisional yang bernuansa mistis yang terakhir adalah kesenian sintren atau yang dikenal juga dengan nama lais. Yakni tarian dengan aroma mistis atau magis yang bersumber dari cerita cinta kasi sulasi dengan sulandono. Sulandono memadu kasih dengan sulasi seorang putri dari desa kali salak . namun hubungan tersebut tidak mendapat restu dari ki borekso. Akhirnya sulandono bergi bertapa dan sulasi memilih menjadi penari . meskipun demikian, konon mereka masih bisa bertemu melalui alam ghaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh dewi rangtamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh sulasi dan terjadilah pertemuan itu. Itulah mengapa setiap pertunjukan sintren, sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Dan penari harus seorang gadis suci atau perawan. Diperkirakan kesenian tradisional ini mulai berkembang di pantai utara jawa sejak tahun 1930. Diiringi dengan tabuhan khas pesisir, sintren diikat dengan seutas tali dari leher hingga kaki. Kemudian sintren dibaringkan di atas tikar dan dibungkus dengan tikar tersebut. Lalu sintren dimasukkan kedalam kurungan ayam yang telah ditutup kain setelah sebelumnya diberi bekal pakaian pengganti.
Dalam prosesi ini pawang sintren membawa pedupaan tempat kemenyan dibakar serta membaca do’a. dan mulailah terasa suasana mistis. Karena konon inilah saat saat bidadari turun dan masuk ke raga pesintren. Dengan diiringi dendang khas dari sinden. Dan tanpa bantuan siapapun ketika kurungan dibuka pesintren pun telah berganti pakaian dan talipun sudah lepas . kemudian sintren yang berkacamata hitam itu menari dengan gerakan yang nyaris monoton. Penonton pun mulai melemparkan uang, begitu uang mengenai tubuh pesintren ia pun akan terjatuh pingsan dan akan segera menari kembali setelah diberi jampi jampi oleh pawang.
saya orang jawa timur lebih suka REOG gan.
ReplyDeleteagak merinding gan bacanya (andi newbie)
ReplyDeleteSaya orang Jawa gan, saya suka Kuda lumping, serem sih, tapi seru heheh
ReplyDeleteaku pernah nari jaranan itu, tapi untungnya nggak knp2 :|
ReplyDeletetapi kalau sintren emang serem sih :((((
memang di indonesi banyak sekali suku budaya tak heran kalau banyak bukan hanya sedikit yang mengandung hal gaib. nice info
ReplyDelete