Penelusuran sejarawan mengungkapkan ternate pertama kali mulai menerima islam sebagai agama dan tradisi pada tahun 1986. Tahun ini disebut sebut sebagai dimulainya islamisasi di ternate. Bainullah yang menggantikan sultan zainal abiding mulai menerapkan hukum dan tradisi islam secara menyeluruh yakni melalui beberapa kebijakan. Diantaranya adalah para kaum lelaki maupun perempuan memakai pakaian islami. Dan kebijakan beliau lainnya adalah memberlakukan perkawinan secara islam.
Islam kini sudah menjadi salah satu identitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat ternate. Hal ini sangat jelas terlihat dengan berdirinya masjid kesultanan ternate dan beberapa masjid lainnya. Bukan hanya masjid di kedaton tempat sultan berdiam juga terdapat peninggalan berupa al-quran tertua yang terbuat dari kulit kayu.
Ritual Kolano Uci Sabea (Turunnya Sultan ke Masjid)
Selanjutnya adalah sebuah ritual wajib yang dilakukan oleh sultan dan masyarakat ternate yakni ritual kolano uci sabea yang bermakna turunnya sultan ke masjid untuk sholat dan berdoa. Ini adalah pesone religi yang menarik dan berbeda dengan kesultanan lainnya di Indonesia. karena dalam proses ini, sang sultan di tandu dan dikawal masyarakat adat ternate dari kedaton menuju masjid sultan.
Usai melaksanakan traweh, sultan akan kembali ke kedaton dengan ditandu seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton, sultan bersama permaisuri akan memanjatkan doa di ruangan khusus tepatnya diatas makam para leluhur.
Usai berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan mencium kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Dalam satu tahun, ritual kolano suci sabea dilaksanakan empat kali. Malam qunut, malam lailatul qadar, serta pada hari raya idul fitri dan idul adha.
Pelaksanaan kolano uci sabea dilakukan secara turun temurun oleh setiap sultan ternate hingga kini.
Masjid Kesultanan Ternate
Masjid ini menjadi bukti sejarah bagaimana islam pertama kali masuk di kota ternate. Masjid sultan ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasanya sultan ternate ke 28 mandarsyah. Setelah melewati tiga kepemimpinan, masjid ini baru rampung pada masa pemerintahan sultan hamzah pada tahun 1648.
Masjid sultan ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu yang direkatkan dengan campuran kulit kayu pohon kalumpa. Dengan model bangunan yang bermodel segi empat dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tiap tumpang dipenuhi trali berukir 360 buah sesuai jumlah hari dalam setahun.
Masjid yang juga disebut Sigi Lamo ini juga mempunyai larangan larangan yang tegas yang sampai kini masih dijalankan sesuai dengan amanah sultan dan tradisi. Diantaranya adalah larangan memakai sarung atau wajib menggunakan celana panjang bagi para jamaahnya. Kewajiban memakai penutup kepala atau kopiah, berbagai aturan ini konon berasal dari petuah petuah para leluhur yang juga disebut Doro Bololo, Dalil Tifa, serta Dalil Moro yang hingga kini masih ditaati oleh masyarakat ternate, terutama di lingkungan kedaton.
Asida, Makanan Khas Berbuka Puasa
Ramadhan di ternate juga sangat berkesan terutama makanan satu ini yang disajikan ketika berbuka puasa. Berbekal makanan seperti tepung terigu, gula merah, gula pasir, susu kental manis , mentega, santan secukupnya, garam , fanili perasa dan kenari. Proses memasak asida ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam lamanya. Setelah matang, siapkan piring dan oleskan mentega lalu taruh diatas piring dan dibentuk seperti gundukan. Asida pun siap disajikan.
0 komentar:
Post a Comment