Udara Memburuk Karena Asap, Anak Histeris Lihat Ibu Jatuh Pingsan
Asap buruk yang semakin banyak dihirup membuat kesehatan warga semakin memburuk. Tidak hanya anak – anak, orang dewasa pun berjatuhan seperti yang dialami ibu bernama siti aisah ini. dia terbaring lemas di ruang instalasai gawat darurat RSUD dokter dori silfanus, palangkaraya, Kalimantan tengah. melihat ibunya terbaring lemas, taufik yang masih usia 5 tahun menangis histeris di pelukan ayahnya.
Sang ayah yang masih dalam keadaan bingung pun akhirnya berusaha menenangkan anaknya sambil memperhatikan tim medis yang sedang merawat istrinya. Sebagai pertolongan pertama, tim medis memasang alat oksigen ke bagian hidung korban, setelah 15 menit kemudian korban baru sadar, tim medis pun terus memantau keadaan sang ibu untuk mendapatkan perawatan intensive.
Mia Dilarikan ke Rumah Sakit dalam Keadaan Sekarat
Kualitas udara di palangkaraya memang semakin buruk, data BMKG Palangkaraya menunjukkan sebaran partikel dalam debu udara mencapai 2,223,81 mg/m2. Seorang warga dari jalan Kalimantan, Palangkaraya ini contohnya, wanita bernama Mia ini dilarikan ibunya ke rumah sakit dalam kondisi sekarat. Mia sudah tidak bisa bernafas dengan baik, dengan kondisi nafasnya yang tinggal setengah – setengah , Mia dimasukkan kedalam ruang gawat darurat. Alat oksigen langsung dipasang ke hidungnya untuk membantunya bernafas.
Ariqa Fatinah Ramadhani, Bayi Berusia 1 Tahun 3 Bulan Meninggal Karena Ispa
Kabut asap yang mencekik warga pun menelan korban jiwa, seorang bayi berusia 1 tahun 3 bulan tidak sanggup lagi melawan penyakit ISPA yang di deritanya. Bayi bernama ariqa fatinah ramadhani ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang.
Orang tuanya sempat melarikan dirinya ke rumah sakit dan bayi malang ini pun sempat mendapatkan penanganan medis selama dua jam di ruang ACU, namun sayang usaha tim medis tidak dapat menyelamatkan nyawa ariqa. Ariqa sebelumnya baik – baik saja, warga sempat mengajak ariqa bepergian ke rumah neneknya. Namun sepulangnya dari sana ariqa mengalami batuk – batuk, keesokan harinya batuk ariqa semakin parah hingga haruss dilarikan ke rumah sakit. Namun ariqa hanya bertahan 2 jam di ruang ACU dan kemudian meninggal.
Anggita Larasati dan Anak – anaknya Terpaksa Mengungsi ke Malang
Seorang ibu rumah tangga yang baru melahirkan terpaksa memboyong kedua anaknya ke rumah kerabatnya di kabupaten Malang, Jawa Timur karena kondisi asap di Kalimantan yang semakin memburuk. Ibu muda bernama anggita larasati ini takut kondisi anak – anaknya semakin memburuk jika terus tinggal di perumahan borneo, Palangkaraya , Kalimantan Tengah.
Keputusan itu diambil setelah berdiskusi dengan suami, pasangan ini memperhatikan kondisi kedua anaknya yang semakin menderita. Apalagi salah satu anaknya lahir saat bencana asap terjadi, setelah usia anak keduanya mencapai 40 hari pasangan muda ini pun mengungsi ke pulau jawa.
Dua minggu berada di pulau Jawa, sesak nafas yang diderita bayinya berangsur hilang. Melihat keadaan bayinya yang semakin baik, sang suami Muhammad habibi kembali ke Palangkaraya. Namun ia tetap meninggalkan anak dan istrinya di pulau Jawa hingga keadaan normal.
Bayi Berusia 17 Hari Terpaksa Dievakuasi Ke Rumah Singgah Karena Mengidap ISPA
Raka mungkin tidak ingin lahir ke dunia dengan kondisi udara yang sangat buruk, begitu keluar dari Rahim ibunya yang sangat aman baginya, Raka harus menghirup udara partikel berbahaya. Alhasil bayi mungil ini pun langsung mengidap ISPA di hari ke 17 ia lahir. Ayah dan ibu raka bergantian menjaga raka selama 24 jam untuk memantau kesehatannya. Karena semakin memburuk, mereka pun membawa raka berjalan dua KM ke puskesmas terdekat untuk di obati.
Setibanya di puskesmas, raka langsung di evakuasi menggunakan mobil ambulance bersama ibunya. Di rumah singgah ini, raka mendapatkan perawatan intensive dari tim medis yang berjaga selama 24 jam. Sang ibu pun terpaksa menginap di rumah singgah ini karena raka masih membutuhkan ASI eksklusif.
Beruntungnya orang tua raka tidak usah membayar biaya di rumah singgah ini karena memang rumah singgah ini diperuntukkan korban asap yang kurang mampu.
Muhammad Iqbal Ali Meninggal Karena Menghirup Asap Pekat
Kabut Asap terus memakan korban, warga yang sebelumnya sehat saja bisa jatuh pingsan karena berbulan – bulang menghirup asap, apalagi jika mengidap penyakit asma. Muhammad iqbal ali warga jalan tuah, kecamatan tampan, pekanbaru. Tidak bisa lagi menahan sakit dan akhirnya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Setelah berbulan – bulan menghirup asap, Muhammad iqbal yang juga menderita penyakit asma tiba – tiba tumbang sepulang dari kerja. Keluarga sempat melarikannya ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong lagi dan meninggal di perjalanan.
Wirdan, Bayi 11 Bulan Harus Bolak – Balik Dirawat di Rumah Sakit Karena Kabut Asap
Bahaya kabut asap juga di derita bayi 11 bulan bernama wirdan ini, orang tua wirdan dalam sebulan sudah tiga kali membawa anaknya bolak – balik ke rumah sakit. Wirdan menderita sakit paru – paru karena dipaksa menghirup udara yang tercemar.
Posko kesehatan sangat sedikit, membuat orang tua wirdan harus membiayai sendiri pengobatan bayi malang ini setiap kali ia jatuh sakit akibat asap. Sebenarnya sudah dibangun relokasi khusus yang gratis, namun fasilitas itu tidak cukup menampung para korban. Warga masih membutuhkan bangunan khusus yanag mempunyai penyaringan udara.
Warga Harus Mengobati Anaknya Sendiri karena Tidak Dapat Tempat di Rumah Sakit
Banyaknya korban yang berjatuhan membuat tim medis di rumah sakit, puskesmas dan posko – posko darurat kewalahan menerima pasien. Akibatnya warga harus gigit jari karena tidak dapat mendapatkan perawatan di tempat – tempat yang disediakan. Balita yang satu ini misalnya, terpaksa diobati sendiri oleh orang tuanya karena tidak mendapatkan perawatan di puskesmas.
Vila Anika Fransiska mendapatkan obat seadanya yang dibeli dari apotik terdekat untuk mengobati sakit sesak nafas yang diderita akibat kabut asap. Sang ibu merasa kecewa dengan pelayanan puskesmas yang tidak bisa cepat tanggap menangani pasien – pasiennya. Akhirnya ia melakukan tindakan sendiri mengambil obat – obatan di apotik.
Ratu Agnesia, Bayi Berusia 1 Bulan 15 Hari Meninggal Karena Ispa dan Diare Akut
Isi Marcella, ibu muda ini harus rela melepaskan putri kesayangannya ratu agnesia untuk selama – lamanya. Bayi berusia 1 bulan 15 hari ini meninggal dunia karena tidak bisa melawan penyakit yang dideritanya. Awalnya orang tuanya membawa ratu agnesia ke rumah sakit karena penyakit ISPA yang tak kunjung sembuh, selain itu kondisi ratu semakin lemah akibat diare akut yang membuat tubuhnya kekurangan cairan.
Bayi mungil ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. karena berita yang beredar, akhirnya pihak rumah sakit mengklarifikasi bahwa ratu agnesia tidak meninggal karena ISPA yang dideritanya melainkan diare akutlah yang merenggut nyawa ratu. Namun diare akut ini bersumber dari asap yang mencemari air dan makanan yang dikonsumsi.
Bocah SD Meninggal Karena Penyakit Asma Kambuh Setelah Menghirup Asap Ketat
Korban jiwa karena kabut asap terus bertambah, seorang bocah sekolah dasar di kota waringin timur tidak dapat menahan sakit pernafasan yang mengakibatkannya meninggal. Sebelumnya pelajar kelas 3 SD ini memang menderita penyakit asma. Dia sempat mengeluh karena dirinya mengalami pusing disertai sesak nafas. Orang tua korban akhirnya melarikannya ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan, namun setibanya di puskesmas korban dinyatakan meninggal dunia.
Orang tua korban berharap peristiwa ini menjadi peringatan bagi pemerintah untuk lebih tanggap menangani bencana kabut asap agar tidak ada lagi korban jatuh akibat kebakaran hutan.
0 komentar:
Post a Comment